UNIVERSITAS GUNADARMA

Rabu, 18 April 2012

Rencana Kenaikan BBM

Pengamat ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung Ina Prisiana mengatakan rencana pemerintah menaikkan harga BBM tidak terlalu memukul industri ritel. Namun, penurunan permintaan terhadap produk-produk ritel tertentu bakal terjadi jelang kenaikan harga BBM.

"Penurunan (permintaan) ini tergantung daya beli dan berkaitan dengan perubahan pola belanja masyarakat. Dengan pendapatan yang ada, jika ingin menjaga agar pengeluaran tetap, maka konsumen cenderung memilih barang yang lebih murah.

Dia mengatakan, kenaikan harga memang sudah dirasakan, meskipun harga BBM tidak jadi dinaikan. "Kalau diakumulasi, beban di pembeli akhir bisa mencapai 10 persen," tuturnya.

Menurut dia, berkurangnya daya beli masyarakat berpotensi mengubah strategi penjualan yang dipakai para pengusaha ritel. Pengusaha mungkin akan menurunkan stoknya sebab khawatir barang tidak laku. "Jadi volume investasi bisa menurun tapi nilai uangnya tetap sama," kata Ina. 

Kenaikan BBM ini akan memberikan dampak yang nyata secara multi sektoral dan bukannya tidak mungkin akan mengarah pada gejolak multi dimensi. Kenaikan BBM secara pasti akan menaikkan biaya operasional sehari-hari. Pengaruh yang sangat terasa adalah
  • kenaikan biaya transportasi jalan raya, 
  • diikuti dengan kenaikan biaya listrik dan air, 
  • kenaikan tarif tol,
  • kenaikan sembako (sembilan bahan pokok).
Apabila kenaikan ini tidak diserta dengan kenaikan pendapatan, maka akan menambah jumlah penduduk miskin di Indonesia. Bilamana seorang kepala keluarga dengan dua orang anak setingkat SD/SMP, memiliki penghasilan per bulan satu juta lima ratus ribu. Maka kenaikan biaya hidup sebesar 15 sampai dengan 25 persen per bulan pasti akan menambah jumlah hutang mereka. Dengan asumsi kebutuhan per bulan sebesar 1,6 juta, akan menambah jumlah hutang sebesar 200 sampai dengan 300 ribu sebulan. Belum lagi bila ditambahkan dengan kenaikan biaya pendidikan, maka akan kita lihat lebih banyak lagi warga miskin di negeri ini.

Naiknya harga BBM hanya menguntungkan pelaku usaha asing, karena dengan naiknya harga BBM akan diikuti naiknya semua kebutuhan, dengan begitu maka keunggulan teknologi yang dimiliki pihak asing menyebabkan pelaku usaha lokal tidak akan mampu bersaing di pasaran. Jadi pasar potensial mereka di Indonesia tidak akan terganggu. Itulah sebabnya pengusaha asing menyambut positif rencana pemerintah menaikkan harga BBM.

Meningkatnya harga akan menyebabkan rakyat semakin buntung, dan pemerintah akan terkurung dengan demo-demo anti kenaikan BBM. Pemerintah juga tidak diuntungkan dengan naiknya harga BBM, malahan pemerintah juga ikut rugi.

Kerugiannya dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini:

Menurut pemerintah bila BBM tidak dinaikkan maka subsidi akan meningkat dari Rp. 123,6 Trilyun menjadi 178 Trilyun, atau naik sekitar Rp. 54,4 Trilyun.

Nilai APBN tahun 2012 sebesar Rp. 1.418 Trilyun. Untuk Gaji Pegawai sebesar Rp. 484,7 Trilyun, sementara sisanya sebesar Rp. 933,3 Trilyun anggap saja untuk belanja barang/jasa dll.

Bila dibandingkan dengan nilai APBN (tidak termasuk gaji pegawai), maka persentase kenaikan subsidi BBM hanya sebesar 5,8 % (Rp. 54,4 Trilyun : Rp. 933,3 Trilyun = 5,8 %). Artinya bila BBM dinaikkan dari Rp. 4.500 menjadi Rp. 6.000 maka pemerintah akan untung sebesar 5,8 %.

Dampak dari kenaikan harga BBM pastinya akan diikuti dengan meningkatnya harga barang. Harga barang diperkirakan akan naik sebesar 15-30 %. Naiknya harga barang akan berdampak buruk terhadap belanja pemerintah.


Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar